Ini Situasi yang Perlu Disiapkan Sebelum Berangkat Haji

Ini Hal yang Perlu Disiapkan Sebelum Berangkat Haji
Seorang bapak memeluk puterinya yang akan berangkat ibadah haji

Salah satu syarat penting berhaji adalah memiliki kemampuan, yang dalam bahasa arab disebut dengan Istita'ah. Karena pertualangan berhaji bukan hanya kegiatan singkat. Setidaknya memerlukan waktu 14-30 periode untuk melaksanakan ibadah haji.

Bukan hanya itu, kelurga yang ditinggalkan juga harus memiliki penghidupan sejauh ditinggalkan oleh orang yang berhaji.  Terlebih jikalau yang pergi berhaji ialah tulang punggung keluarga, yang memberi perut bikin keluarganya. Membutuhkan persiapan ekstra sebelum menghindari berhaji.

Akan tetapi persiapan berhaji enggak hanya dalam bentuk jasmani amung. Kita perlu juga mempersiapkan ruhani kita sebelum pergi berhaji. Mengumpulkan niat dan tekad bahwa selama berhaji dan sepulangnya kita mendapati revolusi diri nan sempurna; menuju pribadi yang paripurna. Persiapan ruhani dilakukan dengan refleksi tentang segala yang akan diperbuat selama melaksanakan ibadah hajji dan apa yang beliau akan hadirkan setelah berhaji.

Situasi refleksi ini berguna misal persiapan sebelum melaksanakan ibadah haji agar selama berhaji dan sepulangnya berhaji, kita mendapatkan pengalaman nan dalam dan bermakna. Juga ancang spiritual lega keluarga yang ditinggalkan. Misalkan jika orang tuanya mulai haji lantas ibu bapak tersebut menghindari anak-anaknya di flat, maka basyar tua tersebut perlulah memasrahkan modal spiritual bagi anaknya mudah-mudahan anak asuh nan ditinggalkan tetap amanah meski sonder ada pemeriksaan serentak terbit orang tuanya.

Kita kadang luput mempersiapkan aspek spiritual kita dalam mempersiapkan pertualangan haji. Keabaian kita dalam mempersiapkan ibadah haji akan berdampak pada ibadah haji kita. Seseorang yang tidak meluruskan niatnya sebelum berangkat haji maka apa yang dilakukan selama berhaji akan kehabisan arah dan makna.

Seseorang tersebut hanya akan melakukan upacara saja dan kehilangan perbendaharaan dari amalan yang beliau lakukan. Misalkan berasal peristiwa tawaf, seseorang hanya akan menganggap tawaf hanyalah sebuah gerakan mengelilingi ka'bah tanpa suka-suka harapan dan tujuannya. Inilah yang mereduksi makna dan tujuan ibadah haji itu koteng, dengan tanpa adanya niat maka seseorang sudah lalu kehabisan makna haji itu sendiri

Oleh karenanya, persiapan yang dilakukan haruslah menyeluruh. Bukan hanya persiapan fisik doang juga anju spiritual dan mental.

Makanya: Muhammad Ghifari

Disarikan dari buku "Panduan Lengkap Ibadah Menurut Al-Qur'an, Al- Sunnah dan Pendapat Para Ulama" karya Muhmmad Bagir